Andra Soni dan Fragmentasi Baru di Banten

Andra Soni dan Airin. Yang naik dan yang turun. ( foto : ist)


 Cipasera - Kegagalan dinasti Atut di Banten menunjukan, bahwa kekuatan baru itu berhasil mendegradasi mitos status quo tak terkalahkan, yang didukung partai Golkar serta jaringan non formal yang mereka bentuk, seperti para kyai, lembaga swadaya masyarakat, tokoh, intelektual  dan akar rumput.

Pasalnya, gerilya politik kekuatan baru seperti tak  terbaca oleh mereka. Konsolidasi  kekuatan baru itu yang didukung pusat berhasil merekrut nyaris semua partai  politik berikut jaringannya. Yang terjadi, mereka yang mengandalkan elektabilitas akhirnya kocar - kacir dan di titik tertentu, soliditas pun ambyar.

Alhasil  calon-calon kepala daerah dari dinasti Ratu Atut Chosiyah berguguran di Banten.  Airin Rachmi Diany - Ade Sumardi kalah dari Andra-Dimyati  di Pilgub Banten.  44,12 persen gagal lawan  55,88 persen suara.

Di Pilbup Serang, anak Ratu Atut, Andika Hazrumy-Nanang Supriatna harus kalah dengan  Ratu Rachmatuzakiyah-Najib Hamas. 

Di Pilwakot Serang, adik tiri Ratu Atut, Ratu Ria Maryana  berpasangan dengan Subadri Ushuludin juga keok dari pasangan Budi Rustandi-Nur Agis Aulia. Hanya di Tangsel, keponakan Atut terpilih jadi Wakil Walikota,  Pilar Saga Ichsan. 

Dengan kemenangan kekuatan baru tersebut, Andra Soni - Dimyati tersebut menandakan terjadinya fragmentasi kekuasaan di Banten.

Menurut pengamat politik Universitas Muhammadiyah Tangerang, Ahmad Chumaedy, fragmentasi kekuasaan, munculnya  figur-figur serta aktor politik baru seperti Andra Soni sebagai lokomotif kekuatan baru tersebut.

Sementara  gagalnya calon-calon dari dinasti Ratu Atut terindikasi perubahan  preferensi pemilih, yang dipengaruhi konstelasi politik nasional. Dia menyebut, kemenangan Andra-Dimyati tidak bisa dilepaskan dari dukungan Koalisi Indonesia Maju (KIM) yang merepresentasikan pemerintahan Prabowo Subianto.

Saat Andra Soni menang, tambah Achmad Chumaidy, maka kepemimpinan kharismatik terdelegitimasi oleh kepemimpinan kolektif yang menawarkan dinamika politik modern. Dan yang pasti, runtuhnya rezim dinasti Atut, pola kepemimpinan mengalami perubahan  signifikan.

Namun di balik itu, melalui Andra Soni, KIM mungkin saja saja menancapkan pengaruh yang lebih kuat dibanding dinasti Ratu Atut jika tawaran politik Andra Soni kepada warga Banten selama lima tahun ke depan memuaskan aspirasi warga Banten.

Dan efek lain berakhirnya dinasti Atut, meruntuhkan semua elemen kekuatan di bawahnya. Tinggal Andra bisa atau tidak menawarkan pilihan politik tanpa beban masa lalunya, mengendalikan intrumen pemerintahan sesuai harapan publik. (Red/VOI)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel