Tidak Hanya Ilmu Agama, Dai Muhamadyah Diminta Memperkuat Pengetahuan Ilmiah
Suasana Silaknas Dai Muhamadyah
Cipasera – Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Kiai Saad Ibrahim mengatakan, dai Muhammadiyah mesti memperkuat pengetahuan ilmiah, tidak hanya pengetahuan agama, serta berdakwah dengan lembut.
Integrasi ilmu pengetahuan telah dilakukan oleh pendiri Muhammadiyah, Kiai Ahmad Dahlan. Melalui integrasi ilmu tersebut, Muhammadiyah sebagai organisasi modern yang tidak serba anti terhadap kemajuan.
Hal itu disampaikan Kiai Saad Ibrahim dalam Silatnas yang diselenggarakan Lembaga Dakwah Komunitas (LDK) PP Muhammadiyah di BPMP DKI Jakarta, Selasa 12/11/24.
“Bahwa kemajuan itu pasti diberikan basis yang berupa dunia literasi. Bukan qiroahnya, atau literasinya, tapi yang menjadi misi utama ayat itu adalah bismirabbik, baru sesudah itu qiraat,” katanya.
Bahkan, ilmu pengetahuan umum ini menurutnya tidak terputus sanadnya di Kiai Dahlan. Sebab, sejak hadirnya Islam pertama kali itu tidak bertentangan dengan ilmu pengetahuan. Termasuk kemajuan yang terjadi pada peradaban modern juga tidak bisa dilepaskan dari peran peradaban Islam.
“Maka kita sebagai warga Muhammadiyah jangan menghabiskan energi kita hanya untuk urusan-urusan cabang. Energi kita maksimalkan untuk membangun kembali Second Golden Age Moslem History,” katanya.
Langkah menuju masa kejayaan Islam yang kedua itu dilakukan oleh Muhammadiyah melalui gerakan amal nyata. Integrasi ilmu pengetahuan dan agama diimplementasikan di institusi-institusi pendidikan Muhammadiyah dan berbagai Amal Usaha yang lain.
Kemajuan yang saat ini berhasil dicapai oleh Muhammadiyah tidak hanya mendapat pengakuan dari internal. Tapi juga oleh ilmuwan dunia, salah satu yang mengakui kemajuan, khususnya pendidikan Muhammadiyah adalah Robert W. Hefner.
Selain diminta untuk mempelajari dan memperkuat ilmu pengetahuan umum, mubalig atau dai Muhammadiyah juga dipesankan supaya tidak mudah menjatuhkan vonis keburukan pada objek dakwahnya.
“Kita tidak boleh menilai akhir dari seseorang itu. Sebab bisa jadi akhir hidup dari seseorang itu bakal lebih baik dari kita, bisa jadi saat ini dia belum Islam, tapi di kemudian waktu dia berislam dan bisa jadi islamnya lebih baik dari kita,” katanya. (Red/*)