Kadir Srimulat, Pernsh Terpuruk 5 Tahun Tanpa Job

      Kadir


Cipasera - Ingat pelawak Kadir Srimulat? Sosok lelaki berkulit sawo matang dan rambut keriting diera 90- an sangat dikenal masyarakat. Selain tergolong pelawak jempolan, dialah pelawak yang selalu bicara dialeg Madura di atas panggung. 

Barangkali karena itu, dimasa topnya, ia pun digaet produser film. Alhasil puluhan judul film sudah ia bintangi.  Di film komedi  ia sering tampil bersama Doyok.  Jadilah Kadir masuk pelawak yang tajir. Dia dikaruniai banyak harta. Uang, tanah, rumah dan mobil.

Namun, hidup bak roda. Kadang diatas kadang di bawah. Hal itu juga dialami komedian yang lahir 3 September 1951 ini.

Pada 2001 terkena serangan jantung. Dia harus di rumah untuk mengobati sakitnya selama lima tahun. Dan selama lima tahun ia pun tak dapat  job melawak. Untuk menyambung hidup ia terpaksa harus mengikhlaskan aset-asetnya dijual demi menyambung hidup.  Dua  rumah, tanah dan mobil pun dijualnya. 

Setelah sejumlah hartanya berpindah tangan, akhirnya baru pada 2006 dia bisa memasang ring di jantungnya. Untuk biaya ia  menjual aset tanahnya di Tambun.

Kini pelawak yang nama aslinya Mubarak ini terlihat lebih sehat setelah berhasil bangkit kembali sepuluh tahun lalu. Katanya, ia rindu dengan kesibukan di masa lalu. Akan tetapi, saat ini usianya tak lagi muda dan dia sadar tak mungkin kembali muda.

"Kalau dibilang rindu tetap rindu, tapi apa mungkin saya bisa kembali jadi muda lagi? Iya kan? Sekarang tinggal bertahan, mempertahankan kesehatan, mempertahankan apa yang saya punya," kata Kadir dengan santai.

Sekarang setelah tubuhnya pulih ia berharap tidak seperti dulu, jual-jual ini itu. Itu aja. Yang penting  mempertahankan diri saja biar sehat.

"Terakhir itu saya jual tanah saja. Kalau jual rumah itu buat sehari-hari saja karena saat itu saya hidup nganggur. Ya tapi rumah bukan rumah induk yang di Jakarta, rumah di kampung saya," tuturnya.

Pada 2006, Kadir  menjual tanahnya di Tambun. Hasil penjualan  cukup tinggi. dibagi-bagi oleh Kadir, sebagian buat beli mobil, pasang ring, terus dan  belajar bikin warung makan.

"Kalau di kampung kan murah rate-nya paling saya habis Rp 400 juta bangun, jual cepat Rp 200 juta, di kampung dua (rumah), Rp 200 juta, Rp 200 juta. Nah kalau yang di Tambun itu nilainya sampai Rp 600 juta. Pasang ring Rp 80 juta, masih sisa," sambungnya.

Kini Kadir merasa bersyukur bisa bangkit lagi. Dan tetap rindu untuk tampil menghibur di panggung. (*)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel