Suku Baduy Menolak Internet. Para Tetua Adat Kirim Surat Ke Pemerintah
Suku Baduy
Cipasera - Tetua Suku Baduy menganggap internet membawa dampak buruk, terutama bagi warga Baduy Dalam. Untuk itu, mereka meminta pemerintah untuk memutus koneksi internet di wilayah mereka.
Permintaan tersebut ditulis dalam bentuk surat dan dikirimkan ke Pemda Lebak Banten 5/6/2023. Dan ditegaskan kembali pada Jumat (9/6) oleh para pemangku adat Baduy.
“Permintaan ini merupakan bagian dari upaya kami untuk meminimalisasi dampak negatif telepon pintar terhadap masyarakat kami,” kata salah satu perwakilan Baduy.
Mereka berpendapat menara telekomunikasi yang dibangun di dekat wilayah mereka dapat mengancam kehidupan mereka dan moral anak muda yang mungkin tergoda untuk menggunakan internet.
Menanggapi hal itu Pejabat di Kabupaten Lebak mengatakan kepada wartawan, bahwa mereka menerima surat itu pada Senin (5/6), dan sepakat untuk membicarakannya dengan dengan Kementerian Komunikasi dan Informasi untuk mencoba memenuhi permintaan tersebut
“Intinya kami ingin selalu mengakomodasi apa yang diinginkan masyarakat Baduy, dan perlu menjaga tradisi dan kearifan lokal mereka,” kata Budi Santoso, Sekretaris Daerah Kabupaten Lebak kepada AFP, Jumat (9/6).
Menurut Budi, internet dibutuhkan oleh warga Baduy Luar, yang telah memulai bisnis daring. Namun pejabat setempat khawatir pengunjung atau turis dapat mengakses web dan menampilkan konten yang mereka anggap tidak pantas untuk orang Baduy.
Suku Baduy tersebar di tiga desa di area seluas 4.000 hektare dan dihuni 26 000 warga. Baduy dapat dicapai beberapa jam berkendara dari Jakarta. Suku Baduy dikenal dibagi dua. Baduy Dalam dan Baduy Luar. Baduy Luar sudah beradaptasi dengan dunia modern termasuk internet.
Tapi Baduy Dalam masih kuat menjaga adat istiadat dan menolak kehidupan modern. Pemerintah menyatakan kawasan itu sebagai situs cagar budaya pada 1990. (Red/T/afp)