Indentitas Mayat di Karang Tengah Terkuak. Ternyata Mahasiswa. Anehnya Ortunya Bikin Pernyataan
Abdul Hafidz, warga Pinang dan mahasiswa
Cipasera - Mayat tanpa identitas yang bikin heboh warga Karang Tengah, Kota Tangerang pada 19 Desember 2022 lalu, terungkap identitasnya setelah lima hari. Mayat yang ditemukan di Kali Angke RT 02, RW 02, Kelurahan Pondok Bahar ternyata Abdul Hafiidz.
Hal itu dibenarkan Kapolres Metro Tangerang Kota, Kombes Pol Zain Dwi, mayat tersebut bernama Abdul Hafiidz, berjenis kelamin Laki-laki dan lahir di Tangerang, 11 September 2005. Masih berstatus Pelajar/Mahasiswa, alamat tinggal di Pinang RT 03 RW 04, Kelurahan Pinang, Kecamatan Pinang, Kota Tangerang.
“Ada beberapa barang bukti yang kita amankan, yaitu 1 buah Celana pendek warna hijau bertuliskan “24” dan “Klsd”, 1 buah kalung warna silver berbandulkan cincin warna keemasan dan 1 buah gelang bahan warna coklat,” terang Zain, Sabtu 24/12/22
Indentitas Abdul Hafidz terkuak, saat piket reskrim Polsek Ciledug sedang piket, datang seorang laki-laki atas nama Nanim yang mengaku telah kehilangan anak kandungnya.
Lalu polisi menunjukkan ciri-ciri fisik dan ciri-ciri aksesoris ditubuh korban kepada Nanim. Dan ia mengakui ciri ciri tersebutv, sesuai atau identik dengan anak kandung korban.
Menurut keterangan, Abdul Hafidz meninggalkan rumah hari Minggu 18 Desember 2022 sekitar pukul 06.00 Wib.
“Saat itu Abdul Hafidz berpamitan ingin joging atau lari di daerah Fortune kelurahan Tajur, Kecamatan Ciledug, Kota Tangerang. Sejak saat itu ia tidak pulang ke rumah,” jelasnya.
Zain menambahkan, dari hasil pemeriksaan tubuh Abdul Hafidz oleh dokter forensik RSUD Tangerang tidak ditemukan adanya tindakan kekerasan.
Setelah mengetahui anaknya meninggal, Nanim dan keluarganya membuat pernyataan tidak akan menuntut secara hukum.
“Keluarganya sudah membuat surat pernyataan, menganggap kejadian tersebut sebagai musibah,” tutup Zaim.
Kematian Abdul Hafidz pun jadi misteri. Seorang yang mendengar kronologi kematian Abdul bilang, "Aneh ya, meninggal kok ga ada sebab. Mestinya aparat mendalami," kata masyarakat yang enggan disebut namanya. (Red/*)