Temuan "Penjara" di Rumah Bupati Langkat. Investigasi Independent Harus Dilakuksn
Ruangan mirip penjara milik di Langkat
Cipasera -Kasus temuan manusia dalam ruangan mirip penjara di rumah Bupati Langkat, Sumatera Utara Terbit Rencana Perangin Angin untuk melakukan dugaan perbudakan harus didalami dengan serius.
“Investigasi independen harus dilakukan KuPP untuk menangkal narasi yang seolah membenarkan praktik ini dari Kepolisian,” kata Direktur Eksekutif Institute for Criminal Justice Reform, Erasmus Napitupulu dalam keterangan resmi dilansir Antara, Selasa, 25 Januari.
Lembaga negara yang tergabung di dalam Kerja Sama untuk Pencegahan Penyiksaan (KuPP) adalah Komnas HAM, Komnas Perempuan, KPAI, Ombudsman, dan LPSK.
Kemudian, pihaknya juga meminta Presiden Joko Widodo memerintahkan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo melakukan penyidikan lebih lanjut terkait dengan peristiwa ini.
“Presiden juga harus mengevaluasi jajarannya apabila ada yang diduga terlibat untuk mengetahui adanya praktik ini,” ucap dia.
Kepala Kepolisian Daerah Sumatera Utara membenarkan adanya temuan kerangkeng berisi manusia di kediaman Bupati Langkat Terbit Rencana yang ditangkap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Perkembangan selanjutnya kemudian pihak Polda Sumut justru mengklarifikasi perihal perbudakan, dengan menyatakan bahwa praktik tersebut adalah rehabilitasi pengguna narkotika.
Para korban bekerja di perkebunan sawit milik Bupati tersebut, di mana juga dinyatakan keluarga korban menyepakati adanya proses rehabilitasi.
“Bupati tidak memiliki kewenangan untuk melakukan rehabilitasi, baik kepada pengguna narkotika, maupun kepada siapa pun atas dasar kewenangannya. Bupati juga tidak memiliki kewenangan untuk melakukan pembinaan, kewenangan itu hanya dimiliki oleh Ditjen PAS di bawah Kementerian Hukum dan HAM, sehingga korban adalah korban bukan warga binaan,” kata dia.
Atas praktik ini, ICJR berharap agar keadilan dan pemulihan korban menjadi perhatian. Penyidikan tindak pidana harus selalu dibarengi dengan upaya pemulihan korban.
“Pelaku adalah pejabat dengan kuasa yang sumber daya begitu besar untuk melakukan penyimpangan, terhadap pelaku harus dibebankan pertanggungjawaban untuk pemulihan korban. Sita aset untuk ganti kerugian korban harus diupayakan,” kata dia.(VOI)