Pahlawan Banten : Aria Wasangkara. Ini Dia Sosoknya
Raden Aria Wangsakara
Cipasera - Pemerintah Indonesia menetapkan gelar pahlawan nasional baru 2021. Mereka adalah Raden Aria Wangsakara tokoh dari Banten, Tombolututu tokoh dari Sulawesi Tengah, Sultan Aji Muhammad Idris tokoh dari Kalimantan Timur, Usmar Ismail tokoh dari DKI Jakarta.
Tahun sebelumnya, pada 2020, terdapat enam orang yang diberi gelar pahlawan nasional yaitu Sultan Baabullah, Machmud Singgirei Rumagesan, Purnawirawan Raden Said Soekanto Tjokrodiatmodjo, Arnold Mononutu, Mr Sutan Muhammad Amir Nasution, dan Raden Mattaher bin Pangeran Kusen bin Adi.
Penetapan gelar pahlawan nasional diatur dalam Undang-Undang (UU) nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar Tanda Jasa dan Tanda Kehormatan.
Dalam UU 20/2009 diatur sejumlah syarat yang wajib dipenuhi dalam setiap pengajuan nama calon pahlawan nasional. Merujuk UU tersebut, yang terklasifikasi sebagai syarat umum di antaranya adalah calon pahlawan merupakan warga negara Indonesia atau orang yang berjuang di wilayah yang kini menjadi wilayah NKRI.
Selain itu, orang tersebut harus memiliki integritas moral dan keteladanan, berjasa terhadap bangsa dan negara, berkelakuan baik, serta setia dan tidak mengkhianati bangsa dan negara. Selain dari peraturan yang ada, sebenarnya ada unsur lain yang kerap jadi faktor penentu pemberian gelar pahlawan nasional kepada seseorang: politik.
Osa Kurniawan, dalam bukunya Proklamasi: Sebuah Rekonstruksi, pernah menyoroti unsur politis dalam pemberian gelar pahlawan nasional. Ia mengatakan di masa Orde Baru ada beberapa preseden pemberian gelar pahlawan yang patut dipertanyakan. Salah satunya pemberian gelar pahlawan terhadap Siti Hartinah (Bu Tien).
Siapa Raden Aria Wangsakara?
Mengutip Kompas, Raden Aria Wangsakara dikenal sebagai ulama, pejuang, dan pendiri Tangerang. Dalam sejumlah literatur yang bercerita tentang Babad Tangerang dan Babad Banten disebutkan, Wangsakara adalah keturunan Raja Sumedang Larang, Sultan Syarif Abdulrohman.
Aria Wasangkara lalu lari ke Tangerang karena tidak setuju dengan saudara kandungnya yang malah berpihak kepada VOC. Ia lari bersama dua kerabatnya, Aria Santika dan Aria Yuda Negara. Setelah melakukan pelarian, Aria Wasungkara menetap di tepian Sungai Cisadane.
Ia juga diberi kepercayaan oleh Pemimpin Kesultanan Banten, Sultan Maulana Yusuf, untuk menjaga wilayah yang kini dikenal sebagai Tangerang dari pendudukan VOC. Aria Wangsakara juga pernah menjadi penasihat Kerajaan Mataram yang menyebarkan ajaran Islam. Aktivitas Wangsakara untuk menyebarkan ajaran Islam mulai tercium oleh VOC pada 1652-1653.
VOC menakuti warga Lengkong Kyai, bagian wilayah Tangerang, dengan mengarahkan tembakan meriam ke wilayah kekuasaan Wangsakara. Pertempuran tersebut tidak membuat takut justru membuahkan perlawanan rakyat Tangerang dan memicu pertempuran melawan VOC.
Raden Aria Wangsakara lalu memimpin pertempuran hingga tujuh bulan dan VOC gagal merebut wilayah Lengkong.
Konon, keturunan Aria Wangsakara, salah satunya adalah Wapres KH Ma'ruf Amin. (VOI)