Gelanggang Amphiteater, Cara Airin Mewadahi Gelaran Seni di Tangsel
Rabu, 05 Februari 2020
Edit
View dari GBA, tempat penonton (Foto : TW) |
GBA dilihat dari depan (Foto : TW) |
“Sekarang Pemkot telah menyediakan Gelanggang Budaya , silakan diisi. Bisa pentas apa saja disini. Mari kita kembangkan seni budaya dengan kreatif dan profesional,” kata Airin, suatu kali di GBA, Serpong, beberapa hari usai GBA diresmikan 2018
Airin tak main –main dalam menfasilitasi seniman. Selain GBA yang berbentuk panggung arena tapal kuda berkapasitas 600 penonton, disediakan pula rumah Blandongan yang bisa untuk kegiatan diskusi atau ceramah budaya. Letaknya pun berdekatan, sekira 50 meter dari GBA.
Yang unik, GBA menyatu dengan Jeletreng Riverpark, yakni area taman kota yang dilengkapi hutan kota yang dihubungkan jalan dan jembatan mengelilingi dua sisi sungai Jeletreng, turun –naik, yang biasa untuk jogging warga. Bila dari GBA memandang ke belakang dan kiri- kanan tampak pemandangan elok, sungai Jeletreng dengan sisi berbukit, dimana jalan setapak sepanjang 600 meter berkelok naik turun mengikuti pinggir kali yang asri.
Aksi band di acara DKTS |
"Mari kita buktikan dengan karya. Nanti siswa -siswa Tangsel juga akan meramaikan," kata Taryono tempo hari saat menyambut festival seni DKTS (Dewan Kesenian Tangsel)
Hal senada dengan Taryono, mantan Ketua Dewan Kesenian Banten Chavchay Syaefullah menyambut gembira dengan adanya GBA. Katanya, masyarakat seni di Kota Tangsel sudah lama menunggu tempat yang representative untuk pagelaran seni pertunjukan di tingkat kota.
“Pemkot Tangsel telah memenuhi keinginan seniman. Sekarang senimannya harus siap mengisi dan berkompetisi dalam kreativitas. Itu tantangan dari Pemkot mesti dijawab,” kata Chavchay lugas.
Chavchay menambahkan, potensi kesenian di Tangsel sangat besar untuk berkembang dan mewarnai percaturan nasional. Sebab di kota yang berpenduduk 1,6 juta orang ini memiliki ratusan sanggar seni budaya. Dari data yang pernah dikumpulkan, untuk seni tradisi Betawi ada sekira 120 sanggar. Sementara sanggar seni dari daerah lain seperti Jawa, Sunda, Padang dan lain –lain sekira 30 sanggar.
Bukan hanya sanggar seni tradisi, seni modern pun cukup banyak. Misalnya, group teater modern, musik, film dan komunitas pelukis, juga sastra. “Jadi Tangsel itu luar biasa. Seniman beken pun banyak yang tinggal di Tangsel. Ada Putu Wijaya (sastrawan dan teaterawan), Mira Lesmana, sutradara film, Danarto (sastrawan), Radhar Panca Dahana dan lain -lain. Kalau bisa menghimpun mereka, dahsyat,” tambah Chavchay.
Besarnya potensi seni budaya Kota Tangsel tampaknya disadari oleh Dinas Pariwisata Tangsel dan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Tangsel. Untuk itu, Dinas Pariwisata akan terus mengembangkan GBA.
“Program ke depan ada rencana menambah panggung terbuka di area sekitar Jeletreng Riverpark untuk pertunjukan –pertunjukan dengan kapasitas besar. Yang tidak tertampung di GBA, bisa di panggung besar,” kata Sekdis Perpustakaan dan Arsip Daerah Agus Budi Darmawan kala masih menjabat Sekdis Pariwisata.
“Yang penting lagi, GBA dan Jeletreng Riverpark bisa dijadikan tempat wisata unggulan setelah Tandon Ciater," ujar Agus.
Agus benar, GBA perlu diperluas. “Sebab beberapa bulan dibuka, yang izin menggunakan GBA sudah terjadwal antri sampai tiga bulan ke depan. Sehingga banyak komunitas seni yang ingin pentas harus menyesuaikan jauh- jauh hari.
GBA terletak di Jalan Raya Viktor, Setu, Kota Tangsel. Lokasinya sekira 3 KM dari dari Stasiun Commuter Line Rawa Buntu, BSD Serpong ke arah selatan. Tapi bila dari Pamulang bisa dijangkau lewat Jalan Siliwangi hingga perempatan Jalan Viktor. Dari situ ke kanan, sekira 1,5 KM. Begitu masuk ke arah GB, kiri -kanan jalan berderet kios bunga.
Dan beberapa meter dari kios, tampak Gelanggang Budaya Amphitheater Kota Tangerang Selatan, yang di belakangnya dan kanan - kirinya membujur jalan paving blok berkelok mengkikuti kontur tanah area Jeletreng Riverpark, taman kota yang elok, rindang seluas 8 Hektar itu. (Teguh)
Airin Rachmi Dhiany |