Begini Idul Fitri Zaman Nabi, Meriah dan Tetap Saling Mendoakan
Selasa, 04 Juni 2019
Edit
Usai sholat ied, saling salaman (foto: Ist) |
Cipasera - Hampir semua negara yang banyak kaum muslimnya, idul fitri menjadi hari perayaan meriah penuh tawa tapi sekaligus saling mendoakan dan saling memaafkan. Tak terkecuali di Indonesia. Bahkan disini, idul fitri telah melahirkan budaya mudik yang "heboh".
Dari mulai pejabat tinggi hingga level bawah dan masyarakat, ramai- ramai mudik, pulang ke kampung halaman.
Lepas dari gambaran lebaran di era modern, muncul pertanyaan, bagaimana sebenarnya idul fitri ketika Rasulullah SAW masih sehat. Dan bagaimana cara Merayakannya?
Buku “How Did the Prophet & His Companions Celebrate Eid?” memaparkan, Rasulullah SAW. dan umat Islam pertama kali menggelar perayaan hari raya Idul Fitri pada tahun kedua Hijriyah (624 M) atau usai Perang Badar.
Dari beberapa riwayat disebutkan bahwa ada beberapa hal yang dilakukan Rasulullah SAW, untuk menyambut dan merayakan hari Idul Fitri.
Pertama, membaca takbir. Hal itu diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW, mengumandangkan takbir pada malam terakhir Ramadhan hingga pagi hari satu Syawal. Hal ini sesuai dengan apa yang difirmankan Allah dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 185:
“Dan hendaklah kamu sempurnakan bilangan puasa serta bertakbir (membesarkan) nama Allah atas petunjuk yang telah diberikan-Nya kepadamu, semoga dengan demikian kamu menjadi umat yang bersyukur.”
Kedua, memakai pakaian terbaik. Pada hari raya Idul Fitri, Rasulullah SAW mandi, memakai wangi-wangian, dan mengenakan pakaian terbaik yang dimilikinya. Kisah ini djelaskan dalam hadits yang diriwayatkan Al-Hakim
Ketiga, makan sebelum shalat Idul Fitri. Salah satu hari yang diharamkan berpuasa adalah hari raya Idul Fitri. Bahkan, dalam kitab-kitab fiqih disebutkan bahwa berniat tidak puasa pada saat hari Idul Fitri itu pahalanya seperti orang yang sedang puasa di hari-hari yang tidak dilarang.
Selanjutnya, sebelum shalat Idul Fitri, Rasulullah SAW, biasa memakan kurma dengan jumlah yang ganjil; tiga, lima, atau tujuh.
Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa: "Pada waktu Idul Fitri Rasulullah SAW, tidak berangkat ke tempat shalat sebelum memakan beberapa buah kurma dengan jumlah yang ganjil.” (HR. Ahmad dan Bukhari).
Keempat, Nabi melaksanakn shalat Idul Fitri. Rasulullah SAW menunaikan shalat Idul Fitri bersama dengan keluarga dan sahabat-sahabatnya, baik laki-laki, perempuan, atau pun anak-anak.
Rasulullah mengakhirkan pelaksanaan shalat Idul Fitri, biasanya pada saat matahari sudah setinggi tombak atau sekitar dua meter. Hal ini dimaksudkan agar umat Islam memiliki waktu yang cukup untuk menunaikan zakat fitrah.
Kelima, Rasulullah mendatangi tempat keramaian. Suatu ketika saat hari raya Idul Fitri, Rasulullah SAW menemani Aisyah mendatangi sebuah pertunjukan atraksi tombak dan tameng. Bahkan saking asyiknya, sebagaimana hadits riwayat Ahmad, Bukhari dan Muslim, Aisyah sampai menjengukkan (memunculkan) kepala di atas bahu Rasulullah sehingga dia bisa menyaksikan permainan itu dari atas bahu Rasulullah dengan puas.
Keenam, Nabi Muhammad SAW mengunjungi rumah para sahabat. Hal ini, adalah bentuk tradisi silaturahim saling mengunjungi saat hari raya Idul Fitri. Tradisi itu sudah ada sejak zaman Rasulullah SAW.
Ketika Idul Fitri tiba, Rasulullah SAW juga mengunjungi rumah para sahabatnya. Begitu pun para sahabatnya. Rasulullah SAW dan sahabatnya juga saling mendoakan kebaikan satu sama lain. Hal ini juga terjadi saat Idul Fitri di Indonesia. Begitulah yang dilakukan Rasulullah SAW dalam merayakan Idul Fitri. (Red/Indonesiatimes)