BMKG Kini Akui Tsunami. Korban Sementara 10 Meninggal dan 10 Luka
Minggu, 23 Desember 2018
Edit
Air laut tsunami Anyer ( foto: ist) |
Cipasera -BMKG menghapus cuitan di akun Twitter-nya soal gelombang tinggi air laut di Pantai Carita, Anyer, Banten bukan tsunami. Kini, pihak BMKG mengatakan gelombang tersebut merupakan tsunami.
Cuitan itu sudah tak terlihat lagi di akun Twitter @infoBMKG, Minggu (23/12/2018) sekitar pukul 01.01 WIB.
"Mencermati peristiwa tsunami di Pantai Barat Provinsi Banten pada tanggal 22 Desember 2018, malam hari sekitar pukul 21.27 WIB maka Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyampaikan tanggapan sebagai berikut, pertama, berdasarkan informasi peristiwa tersebut, BMKG segera melakukan analisis rekaman data sinyal seismik di beberapa sensor seismik terdekat dengan lokasi terjadinya tsunami," kata Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono dalam keterangan tertulisnya.
"Tanggal 22 Desember pukul 21.03 WIB menit, Badan Geoglogi mengumumkan terjadi erupsi lagi Gunung Anak Krakatau. Kemudian pukul 21.27 WIB tidegauge (pengamatan sementara) Badan Informasi Geospasial yang terekam oleh BMKG menunjukkan adanya tiba-tiba ada kenaikan muka air pantai. Jadi ada kenaikan air, dan kami analisis kami merekam waktu untuk menganalisis, apakah kenaikan air itu air pasang akibat fenomena atmosfer, ada gelombang tinggi kemudian bulan purnama, jadi saat ini itu memang pada fase seperti itu. Namun setelah kami analisis lanjut gelombang itu merupakan gelombang tsunami, jadi tipe polanya sangat mirip gelombang tsunami yang terjadi di Palu," kata Kepala BMKG Dwikorita Kurnawati di Kantor BMKG, Jakarta, Minggu (23/12/2018).
Dia mengatakan BMKG telah memberikan peringatan soal gelombang tinggi sejak 21 Desember 2018, dan berlaku hingga 25 Desember 2018 karena faktor cuaca. Tsunami hari ini diduga oleh BMKG terjadi karena longsor. Berikut detik-detik terjadinya tsunami versi BMKG:
- Pukul 07.00 WIB
BMKG mulai kemarin pukul 07.00 WIB memberikan peringatan dini potensi gelombang tinggi di perairan Selat Sunda. Diperkirakan gelombang tinggi terjadi mulai 21 hingga 25 Desember 2018.
"Mulai kemarin pukul 07.00 WIB memberikan peringatan dini, karena kami menganalisis dan mendeteksi adanya potensi gelombang tinggi di perairan Selat Sunda, diperkirakan mulai kemarin tanggal 21 hingga 25 Desember 2018," ujar Dwikorita.
- Pukul 13.51 WIB
Badan Geologi telah mengumumkan terjadinya erupsi Gunung Anak Krakatqu dan statusnya level waspada.
"Ini dua peristiwa yang beda tapi terjadi di waktu yang sama dan lokasi sama, sama-sama di perairan Selat Sunda, pertama potensi Anak Krakatau dan potensi gelombang tinggi," ucapnya.
22 Desember 2018
- Pukul 09.00 WIB sampai 11.00 WIB
Tim BMKG berada di perairan Selat Sunda untuk melakukan uji coba. Saat itu, menurutnya, terverifikasi hujan lebat dan gelombang serta angin kencang.
"Oleh karena itu tim kami kembali ke darat," ujarnya.
- Pukul 21.03 WIB
Badan Geologi mengumumkan kembali terjadi erupsi Gunung Anak Krakatau.
- Pukul 21.27 WIB
Berdasarkan pengamatan sementara atau tidegauge badan informasi geospasial yang terekam oleh BMKG, terjadi kenaikan muka air pantai. Hal itu diduga sebagai tsunami yang disebabkan oleh longsor akibat erupsi Anak Krakatau.
BMKG memastikan tak ada gempa yang menjadi pemicu tsunami. Namun, BMKG bakal melakukan penelitian lebih lanjut esok hari untuk memastikan penyebab terjadinya peristiwa ini.
Tsunami di Anyer ini tercatat sementara 10 orang meninggal dunia dan 10 lainnya luka - luka.(Red/detik)