Mempertanyakan Rekomendasi Mubalig
Minggu, 20 Mei 2018
Edit
Ustaz Somad diantara penggemarnya. |
Oleh : Badrul Munir*
Kementerian agama (Kemenag) tidak atau belum merekomendasi Ustad Abdul Somad (UAS) masuk daftar 200 penceramah yang layak menyampaikan ceramah ke masyarakat menimbulkan pertanyaan dari berbagai pihak.
Tiga kriteria Kemenag antara lain : Pemahaman tinggi terhadap agama, pengalaman cukup dalam berceramah dan komitmen kebangsaan yang tinggi dari kaca mata Depag sepertinya belum dipenuhi oleh UAS.
Dari ketiga poin di atas sepertinya Kemenag gagal paham terhadap kriteria yang dibuat sendiri, kriteria pertama : Pemahaman yang tinggi terhadap ilmu agama, Dalam setiap ceramah yang dilanjutkan dengan tanya jawab permasalahan agama tampak sekali penguasaan agama yang luar biasa terutama ilmu fiqih dan hadist. Karya ilmiah berupa jurnal dan beberapa buku yang menjadi best seller juga menunjukan pengetahuan agama UAS yang mumpuni dan tidak diragukan lagi
Kriteria kedua pengalaman berceramah yang baik. Memang tidak bisa kita pungkiri banyak ustaz selebritis dadakan yang muncul di media, dengan bekal penampilan dan ketenaran tanpa diimbangi pengalaman berceramah, pemahaman dan latar belakang pendidikan agama seringkali menjadikan ceramah hanya sebagai tontonan dan bukan tuntunan berubah menjadi kering spiritual.
Berbeda dengan UAS dalam ceramah sangat berpengalaman bahkan menjadi kelebihannya adalah kemampuan mengkompilasi pendapat beberapa ulama besar dalam sebuah ceramah yang mudah dicerna sehingga umat mendapat pemahaman yang utuh tentang sebuah topik ceramahnya. Rasanya dalam hal pengalaman berceramah UAS tidak perlu dipertanyakan lagi apalagi jadual ceramah di seluruh penjuru tanah air bahkan luar negeri sudah penuh sampai tahun 2019 menunjukan jati diri UAS ini.
kriteria ketiga adalah komitmen kebangsaan yang tinggi, rasanya poin inilah yang mengganjal UAS menurut kaca mata Kemenag, seperti yang kita ketahui ada beberapa ceramah UAS yang dianggap meresahkan dan mengganggu keberagaman bangsa sebuah penilaian subjektif yang perlu ditelaah kembali.
Kecintaan kepada bangsa dan negara sudah diperlihatkan oleh UAS dalam aktifitas dakwahnya bahkan beberapa foto di media menunjukan berapa cintanya UAS terhadap negeri ini. Menjadi inspektur upacara bendera, menginisiasi pendidikan di daerah tertinggal pedalaman Sumatera serta ajakan untuk memelihara persatuan dan kesatuan bangsa sering kita dengar dalam setiap ceramahnya.
Memang dalam beberapa ceramahnya ada beberapa pendapat yang tidak bisa diterima oleh sebagian kecil masyarakat Indonesia.Kegigihan UAS untuk membangkitkan umat islam di segala bidang termasuk kebangkitan bidang politik dan ekonomi islam dalam setiap ceramahnya sepertinya tidak berkenan di penguasa saat ini. Sikap tersebut yang menjadikan UAS diperkusi saat ceramah di Bali dan Hongkong serta UAS sering dibuly di media sosial lebih-lebih setelah rentetan teroris bom bunuh diri yang terjadi di beberapa daerah di Indonesia.
Sebagai penutup semoga para petinggi di lingkungan kemenag lebih objektif menilai UAS. Ada tidaknya nama UAS dalam daftar vesi Kemenag tidak akan sedikit pun mengurangi pesona UAS dalam memberikan ceramah di masyarakat, justru akan melambungkan nama beliau dan sebaliknya akan memberi dampak negatif terhadap Kemenag sendiri dimana sebuah departemen yang seharusnya berfikir terbuka dan melayani masyarakat berubah menjadi institusi berpikiran picik dan lebih memihak atasannya dibanding melayani umat.
*Penulis adalah pengamat sosial dan dokter spesialis.