Kisah Pendeta Bahira "Menemukan" Nabi Muhamad
Jumat, 01 Desember 2017
Edit
Tempat kelahiran Nabi Muhamad (Foto : Ist) |
Oleh Teguh Wijaya
Sejatinya akan hadirnya Nabi Muhamad setelah Isa, sudah ditulis dalam manuskrip atau kitab. Dalam manuskrip itu disebutkan cirinya. Dan dikemudian hari, itu bukan rahasia umum lagi.
Meski demikian, Dr Martin Lings alias Abu Bark Siraj al- Din dalam bukunya bertajuk Muhamad, menggambarkan sangat Menarik, khususnya saat seorang pendeta "menemukan" Muhamad, sebagai calon Nabi.
Suatu kali, Muhamad kala umur 9 diajak Abu Thalib, Paman nya ke Suriah dalam misi datang. Di Bostra berdiri biara tua yang dihuni pendeta dari masa ke masa. Di biara itu berdiam Pendeta Kristen bernama Bahira yg juga ahli dalam manuskrip -manuskrip kuno.
Bahira tertarik dengan rombongan kafilah yg anggotanya salah satunya Muhamad kecil, sedang istirahat. Ia sudah sering melihat kafilah berhenti istirahat dekat biaranya. Tapi kali ini berbeda. Pendeta kristen itu melihat segumpal awan berada rendah yang selalu di atas kepala rombongan kafilah. Bahira mendekat. Dilihatnya tiap rombongan berhenti, awan pun berhenti. Awan itu berhenti di atas pohon ketika kafilah beristirahat. Yang menakjubkan, daun daun pohon pun merunduk.
Bahira seperti melihat ada sesuatu yang ingin dijelaskan dengan apa yang baru dilihatnya. Benarkah ia telah datang?
Dan berada di tengah musafir musafir itu?
Bahira dengan suara lembut lalu mengundang semua kafilah tersebut ke biara untuk makan -makan. "Jangan sampai ada yang tertinggal," kata Bahira.
Singkatnya, kafilah dagang tersebut mendatangi biara. Bahira menatap wajah satu persatu - satu tamunya. Tapi Bahira bilang, jangan ada satu pun tertinggal.
Akhirnya Abu Thalib mengaku, ada yang tertinggal karena untuk menjaga unta dan barang barang, dialah Muhamad.
Lantas Muhamad pun dipanggil. Pendeta Bahira itu melihat wajah Muhamad dengan seksama. Dia pun memperhatikan seluruh tubuh Muhamad. Dia yakin apa yang dilihat adalah ada mujizat, sesuai dengan kitab yang dibacanya.
Seusai makan, Bahira mengajak ngobrol Muhamad. Ia menanyakan cara hidup Muhamad, tidurnya dan urusan urusan lainnya. Muhamad pun menjawab dengan sigap. Dan ia pun membuka jubahnya dengan senang hati ketika Bahira memintanya untuk melihat punggungnya. Bahira makin yakin, diantara kedua punggung Muhamad ada tanda kenabian yang terletak persis spt kitab yang dibacanya.
Bahira lantas menemui Abu Thalib. Apa hubunganmu dengan anak itu?
"Dia anakku, " kata Abu Thalib
"Dia bukan anakmu. Tidak mungkin ayahnya masih hidup," kata Bahira.
"Dia anak saudaraku," kata Abu Thalib
"Lalu siapa ayahnya?"
"Dia telah meninggal dunia," sahut yang lain, "Ketika pemuda itu masih dalam kandungan ibunya."
"Itu yang benar...!" kata Bahira. Lalu Bahira berpesan, agar mereka membawa balik Muhamad ke negerinya. Dan agar menjaganya baik baik dari orang Yahudi. Sebab mereka akan berbuat jahat padanya. Anak saudaramu itu kelak akan jadi orang besar.
Nabi Muhamad lahir di kaki Jabal Abi Qubais yang terletak di kampung Suqul-lail, Makkah, Senin, 12 Rabiulawal Tahun Gajah atau 20 April 570 Masehi.
Kini rumah tempat kelahiran Nabi Muhamad menjadi perpustakaan umum. Tertulis di depannya huruf Arab Maktabah Makkah al-Mukarramah yang artinya Perpustakaan Mekkah al-Mukarramah.
Kondisi tempat kelahiran Nabi yang berukuran sekitar 10X18 meter ini, kondisinya sekarang sederhana. Tidak diberi perawatan khusus. Bahkan penjaga kerap kali mengingatkan agar pengunjung cukup melihat dari pintu saja. Tak boleh berlama-lama.
Tempat ini dulunya dikenal dengan lembah Abu Thalib. Ketika Nabi hijrah ke Madinah, rumah ini ditinggali oleh Aqil bin Abi Thalib yang kemudian didiami oleh anak turunannya.
Selanjutnya rumah itu dibeli oleh Khaizuran, ibu Harun Arrasyid, dan dibangun sebuah masjid. Lantas masjid tersebut dibongkar dan sempat tempat itu terbengkalai. Pada tahun 1370/1950, tempat lahir Nabi dijadikan wakaf perpustakaan atas permintaan Sheikh Abbas Al-Qattan yang menjabat sebagai gubernur kota Makkah pada saat itu.
Dan kini kelahiran Nabi Muhamad diperingati. Dan ada yang pro dan kontra.