Masih Ada Kisah Sedih di Serpong
Jumat, 24 November 2017
Edit
Gedung Pemkot Tangsel |
"Kami tak punya uang untuk membangun kembali rumah kami," kata Minan terbata-bata," Kami orang tak punya."
Minan yang sehari - hari kerja serabutan itu tak punya penghasilan tetap. Kadang dapat Rp 100 ribu, kadang tak ada sepeser pun masuk. Untuk makan saja susah. Jadi tak terbayangkan bisa membangun rumahnya yang ambruk tiba-tiba dua tahun lalu. Apalagi harga material bangunan membumbung tinggi.
Alhasil, ketika rumahnya yang terletak di Kampung Maruga, RT 001/008 Kelurahan Ciater, Serpong, ambruk, ia dan keluarga memanfaatkan sisa ruangan yang tak ikut ambruk. "Ya kami sudah dua tahun tinggal disitu, sisa ruangan. Kamar lainnya ambruk semua," katanya.
Kondisi rumah Minan sebetulnya sudah diketahui oleh pihak Dinsos dan instansi Pemerintahan yang lain. Pun dari penggiat sosial.
Herlina, penggiat sosial menuturkan, pihaknya telah membantu mengajukan bantuan ke forum CSR (Corporate Social Responsibility ) beberapa bulan lalu. Namun hingga saat ini belum ada tanggapan dari pengelola CSR. Alasannya, admistrasi. Keluarga Minan tak memiliki SKTM (Surat Keterangan Tidak Mampu )
Dinsos Kota Tangsel juga sudah koordinasi dengan instansi yang menangani bedah rumah. Namun pihak pengelola bedah rumah hingga sekarang belum turun tangan. (Red/cw)