Putri Amien Rais Sudah Meramal Bapaknya Akan Diperkarakan.
Jumat, 02 Juni 2017
Edit
Hanum Salsabiela Rais. Sudah meramalkan... |
Putri Amien Rais, Hanum Salsabiela Rais sudah meramalkan ayahnya bakal kena perkara. Hal itu setelah ia melihat sebuah pertemuan seseorang utusan yang mendatangi rumah Joglonya, tempat pendiri PAN itu tinggal. Namun ia yakin ayahnya akan bisa mengatasi karena ayahnya orang yang sholeh dan berserah diri. Berikut tulisan Hanum Salsabiela yang diunggah di akun instagramnya.
By : IG @hanumrais
Saya sebenarnya telah beresolusi
akan mengurangi sosmed di bulan puasa ini (post terakhir tgl 21mei). Namun
tuduhan yg dialamatkan kepada Bapak akhir-akhir ini membuat banyak pesan lewat
WA, DM dll kepada saya, agar saya sebagai
putrinya juga memberikan semacam klarifikasi.
Saya tidak akan memberikan klarifikasi terkait tuduhan tersebut,
karna insyaAllah Bapak secara perwira
akan menggelar konpers di kediaman Jakarta hari ini sebelum sholjum (sholat
Jumat). .
Saya hanya ingin berbagi bagaimana
seorang Amien Rais menanggapi badai dan terjangan fitnah, deraan ujian, cobaan
namun juga kebahagiaan. Mudah mudahan menjadi hikmah di bulan suci ini.
Terkembali kepada Anda yang menilai.
Di awal April 2017 lalu, seorang mantan jenderal yg duduk di posisi
pemerintahan cukup strategis menemui
Bapak. Ia mengatakan bahwa dikirim boss-
nya yg ingin bertemu Bapak. Ia ditugasi membuat titik temu & tempat. Bapak
mengatakan, "Monggo dengan senang
hati, semua orang dari kalangan manapun saya temui, apalagi orang terhormat seperti
bapak bos".
Namun sang mantan jendral mengatakan,
boss ingin bertemu di tempat rahasia, tidak
tercium media karena pembicaraan akan
bersifat confidential. Bapak
tercenung. Ini sesuatu yang aneh. Mengapa harus rahasia?
Singkat cerita, Bapak menolak meski
sang utusan berdalih: pertemuan penting yg tidak bisa jadi konsumsi publik.
"Maaf, jika ingin bertemu
silahkan tapi terbuka, biarkan media melansir. Biarkan mereka tahu hasil
pembicaraan, toh pasti terbaik untuk bangsa. Jika pertemuan rahasia, saya tahu,
saya hanya akan jadi bangkai politik
Anda".
Sang utusan mundur, pamit dalam
kekecewaan. Saya mendengar dan melihatnya semua dari balik pintu di Joglo. Oh
ini to Bapak mantan jenderal yang sering jadi penghubung itu?
Sepeninggal sang utusan, saya
katakan pada Bapak. "Pak, beliau bos pasti akan tersinggung dgn jawaban
Bapak. Dan it's just a matter of time,
you'll be singled out. Hanya soal waktu Bapak akan diperkarakan entah
bagaimana dan apa caranya". Bapak
mengangguk. Ia sangat paham.
Amien Rais, mungkin ayah saya. Tapi
saya mengagumi bagaimana ia menerima suatu hal, yang bagi sebagian orang
termasuk saya adalah musibah. Tapi karena ia seorang yang, insyaAllah rajulun
shalih, ia menerimanya dengan lapang dada bahkan menganggap blessing in disguise, keberkahan yang
terselip dalam sebuah ujian. Termasuk tuduhan menerima aliran dana. Ia tidak
akan bersembunyi atau malah kabur. Blessing
yg bagaimana? Silahkan nanti wartawan hadir.
Tidak hanya sekali ini sesungguhnya
Bapak menerima tudingan ini. Yang bersifat seolah melanggar hukum, dicitrakan
koruptif, hipokrit, dan lain lain yg
muaranya satu: pembunuhan karakter karena manuver Bapak dianggap tidak
kooperatif dgn para petinggi nasional. Hingga akhirnya saya menyimpulkan , 'yang
penting Amien Rais disebut dulu, diberitakan, dimunculkanlah opini dan bola
liar fitnah yg keji di media, hingga kepingan- kepingan tuduhan tersebut terbang tak terkontrol lalu
setelah yakin the damage has been done,
bahkan tidak akan terkoreksi lewat klarifikasi, selesai sudah misi. 36 tahun saya
tahu benar bagaimana Bapak memberi perisai pada dirinya dalam kancah politik yg
seringkali membuat orang lunglai karena tak kuat dirundung. Perisai itu adalah salat, puasa, tadarus, dzikir, dan sedekah.
Sama halnya ketika kemarin saya
justru bersiasat bagaimana Bapak harus mengklarifikasi hal ini dengan ini dan
itu. Bapak malah senyum dan hanya mengatakan, "Yang terjadi pada Bapak
semua atas ijin Allah The Almighty.
Ini berkah! Ini berkah! Tidak sedikitpun Bapak merasa ini hukuman atau ujian.
"Kamu kalau baca Al Quran gak perlu kita berkelit atau takut. Hadapi"
Yah. Itulah saya memang bukan Amien
Rais. Saya masih anak anak yang ketika terjadi suatu peristiwa yang memojokkan,
justru terfikir bagaimana bersiasat atau membalasnya atau malah ngelokro
berputus asa. Memandang hal yg unfortunate
dengan kacamata keberkahan, mungkin hanya bisa dirasa oleh orang yg maqom imannya sudah qualified.
Saya jd teringat suatu kali ketika
saya ngelokro di kursi roda ketika selesai di kuretase keguguran. Bapak menggeledek saya dan tak henti-hentinya
saya menangis sambil saya gumam, "Saya sdh hopeless"
Bapak tampak tidak suka dengan
kelemahan iman saya ini. Ia kemudian duduk menghadap saya "Num lihat ya
rumah sakit ini. Lihat baik-baik. Ruangan- ruangannya, nursing stationnya, semuanya"
Saya memandang sekelebat tapi masih
tak paham apa maksud Bapak. Masih menangis meratapi janin 11 minggu yg barusan
dimakamkan.
"Nduk, kamu keguguran itu
memang sebuah kesedihan.Tapi lihatlah kabar baiknya, kamu bisa HAMIL! Setelah
sekian tahun tanpa ada hasil! Kamu punya benih! Bahkan bisa menyimpan tiga
embrio yg bisa digunakan lagi. Allah memberi kabar baik: kamu wanita yang bisa
hamil. Bukan manusia yg disebut didalam Al Quran, yg memang ditakdirkan Allah tidak diberi
benih. Tinggal masalah waktu kamu harus terus mencoba"
Mataku yang sembab seketika sedikit
melebar. Ada keberkahan yg luput dari kacamataku. Yang bisa dibaca Bapak.
"Nduk, ingat suatu saat nanti Bapak akan menggeledek kamu melewati ruangan-ruangan
RS (rumah sakit –red) ini, melewati nursing station ini, dengan kamu yg
tersenyum mendekap seorang bayi. Bapak yakin. InsyaAllah. Pulang dari RS ambil wudhu, sholat, dzikir, ngaji dan jangan
lupa sedekahnya dikuatkan. Its just a
matter of time you will have a baby"
Sekian tahun berikutnya, meski di RS
yg berbeda, saya mendekap Sarahza dengan Bapak mendorong saya dikursi roda. @rangga_alma
pernah bilang kepada saya, setelah Sarahza lahir. Num, kadang aku berpikir
ekstrim, ya mungkin kita berdua ini kan
bukan orang yang saleh-saleh amat. Ngadepin
hidup sering naik turun kadar imannya, bahkan sering suuzon sama yang di atas, mungkin doa kita selama ini tidak
dikabulkan sama Allah. Tapi Allah mengabulkan doa Bapak untuk kita karena ia
orang saleh.
Itulah Amien Rais. Di Jumat Berkah
ini, ia akan hadapi tudingan yang dialamatkan padanya itu dengan bersyukur dan
tanpa sedikitpun rasa keder. Karena ia berperisai keyakinan bahwa Allah selalu
bersama hambaNya yg berserah diri. (*)