Elektabilitas Ahok Anjlog. Diambang "Gulung Tikar"
Minggu, 30 Oktober 2016
Edit
Agus Yudoyono - Silviana (foto : Ist) |
Cipasera.com
– Makin hari elektabilitas Ahok makin anjlok. Saat
belum penetapan Cagub Jakarta 2017 Ahok diatas angina. Kabarnya
elektabilitasnya dikisaran 50%. Namun begitu resmi bertanding lawan Agus –
Silvi dan Anies – Sandi, Ahok terseok –seok. Survey terbaru, Ahok cuma di angka
27,5 %.
Lembaga KedaiKOPI (Kelompok Diskusi
dan Kajian Opini Publik Indonesia) dalam rilis surveinya soal elektabilitas
cagub-cawagub di Kedai 2 Nyonya, Jalan Cikini Raya, Jakarta, Minggu
(30/10/2016). Menurut survey terbarunya, elektabilitas pasangan Ahok-Djarot tinggal
27,5 persen. Angka itu turun drastis dari hasil survei sebelumnya.
Menanggapi anjloknya Ahok, Andi Nurpati, mantan Komisioner KPU Pusat mengatakan, "Kalau incumbent di bawah 50 persen, sangat memprihatinkan. Karena waktu itu Foke 50 persen ke atas saja bisa kalah. Apalagi anjlok jadi 27 persen, ya lampu kuning mendekati lampu merah untuk petahana," kata Andi.
Andi mengatakan banyak faktor yang menyebabkan elektabilitas Ahok turun, terutama usai heboh polemik yang menyinggung surat Al-Maidah 51. Namun, dia menyebut faktor itu bersifat akumulatif. Tapi ini rangkaian sejak lama. Penyebabnya banyak, terutama karena sikap Ahok sendiri. Bagaimana dia melakukan program-program di DKI, penggusuran dan lainnya. Semua dilihat masyarakat yang anggap pemimpinnya semena-mena.
"Paling parah (dugaan) penistaan agama Islam di Pulau Seribu. Dampaknya sangat besar, yang tadinya nggak ada hubungan apa-apa dengan Pilkada, tapi sangat fatal," imbuh Andi yang kini terjun ke partai politik.
Andi menyebut turunnya elektabilitas Ahok tinggal 27,5% membuat dua kandidat lain naik. Terlebih Agus Yudhoyono yang elektabilitasnya 21 persen adalah pendatang baru, sementara Ahok sudah lama bekerja. Bahkan, Andi menyebut pasangan Agus-Sylviana bisa lompat memenangkan satu putaran Pilgub DKI. "Potensi beliau menurut koalisi sangat cukup memadai melawan petahana," ujar Andi.(Ts/Dtk.c)
Menanggapi anjloknya Ahok, Andi Nurpati, mantan Komisioner KPU Pusat mengatakan, "Kalau incumbent di bawah 50 persen, sangat memprihatinkan. Karena waktu itu Foke 50 persen ke atas saja bisa kalah. Apalagi anjlok jadi 27 persen, ya lampu kuning mendekati lampu merah untuk petahana," kata Andi.
Andi mengatakan banyak faktor yang menyebabkan elektabilitas Ahok turun, terutama usai heboh polemik yang menyinggung surat Al-Maidah 51. Namun, dia menyebut faktor itu bersifat akumulatif. Tapi ini rangkaian sejak lama. Penyebabnya banyak, terutama karena sikap Ahok sendiri. Bagaimana dia melakukan program-program di DKI, penggusuran dan lainnya. Semua dilihat masyarakat yang anggap pemimpinnya semena-mena.
"Paling parah (dugaan) penistaan agama Islam di Pulau Seribu. Dampaknya sangat besar, yang tadinya nggak ada hubungan apa-apa dengan Pilkada, tapi sangat fatal," imbuh Andi yang kini terjun ke partai politik.
Andi menyebut turunnya elektabilitas Ahok tinggal 27,5% membuat dua kandidat lain naik. Terlebih Agus Yudhoyono yang elektabilitasnya 21 persen adalah pendatang baru, sementara Ahok sudah lama bekerja. Bahkan, Andi menyebut pasangan Agus-Sylviana bisa lompat memenangkan satu putaran Pilgub DKI. "Potensi beliau menurut koalisi sangat cukup memadai melawan petahana," ujar Andi.(Ts/Dtk.c)