Mengenang Pertempuran Laskar Paling Heroik di Serpong
Rabu, 17 Agustus 2016
Edit
Pertempuran Serpong
yang terjadi pada 26 Mei 1946
merupakan pertempuran rakyat paling heroik pada class I di daerah sekitar Jakarta. Pasalnya,
inilah pertempuran laskar rakyat dengan modal semangat yang memakan waktu
panjang. Dan korban dari kedua belah pihak yang cukup panjang.
Pertempuran bermula dari informasi
yang diterima laskar rakyat, bahwa Belanda telah mendarat dan mengusai daerah
Serpong . Sekitar 300 tentara Belanda
sudah menempati pos –pos strategis.
Salah satunya, mendirikan pos komando di pertigaan Cilenggang
- Cisauk.
Mendengar Belanda yang
mengedepankan tentara KNIL-nya sudah menduduki Serpong 23 Mei 1946 pasukan laskar dari Desa Sampeureun, Kecamatan
Maja berangkat dengan jalan kaki menuju Serpong.
Pasukan berkekuatan 400 orang
dibawah pimpinan KH Ibrahim ini sesampai
di Tenjo pasukan bergabung dengan pasukan laskar dari Tenjo yang dipimpin oleh
KH Harun, seorang ulama yang terkenal sebagai Abuya Tenjo. Laskar Tenjo
berjumlah sekitar 290 orang. Alhasil, dengan bergabung lascar Tenjo, semangat
pun makin berkobar.
25 Mei 1946 kedua pasukan tersebut
dengan menggunakan senjata tajam terus berjalan kaki menuju Parung Panjang, daerah yang terletak di sebelah barat Serpong.
Disepanjang perjalanan menuju
sasaran pasukan bertambah terus , di antaranya bergabung pasukan laskar dari Kampung Sengkol yang dipimpin Jaro Tiking. Dan bergabung pula pasukan dari Rangkasbitung pimpinan Mama
Hasyim dan Pasukan Laskar pimpinan Nafsirin Hadi dan E.Mohammad Mansyur.
Pada 25 Mei 1946 malam, para pimpinan pasukan
berunding di daerah Cisauk dan diteruskan di Cilenggang untuk mengatur siasat pertempuran. Esoknya, 26
Mei 1946 sekitar jam 08. 30 Serpong di
serang.
Pasukan Pimpinan KH Harun menyerang
dari belakang sedangkan Pasukan Pimpinan KH Ibrahim, pasukan pimpinan Mama Hasyim
dan pasukan pimpinan E.Mohammad Masyur menyerang dari depan dengan melalui
jalan raya Serpong.
Jenazah satu makam satu. |
Dalam gerakan menuju sasaran pasukan
mengumandangkan takbir “Allahu Akbar”. Pasukan laskar rakyat maju terus dengan mengumandakan takbir
dan Pasukan Belanda gencar menembaknya sehingga korban berjatuhan. Suara Takbir
lambat terus berkumandang. Pertempuran berlangsung seru. Banyak anggota lascar yang berhasil merebut senjata Belanda. Dan Senjata tersebut lalu
ditembakan ke mereka. Banyak pasukan Belanda yang mati. Pertempuran yang berlangsung hingga pukul
20.00 WIB itu
membuat sekitar 238 laskar gugur,
termasuk KH Ibrahim dan Jaro Tiking. Sementara pihak Belanda sekitar 102 orang tewas.
Setelah pertempuran yang sengit,
pihak laskar pun berunding dengan pihak Belanda
untuk menguburkan jenazah rekan mereka . Kesepatan
terjadi. Hanya saja, Belanda hanya
mengizinkan empat orang yang bertugas
menguburkan. Tak heran jika
mereka dimakakam ditumpuk dalam dua lubang . Makam mereka terletak tak jauh dari
pertigaan Cilenggang – Cisauk, Kelurahan Cilenggang, Serpong.
Namun karena perkembangan zaman, makan mereka
dipindahkan di Jalan Raya Puspiptek. Mereka dikuburkan
satu kubur satu jenazah. Dan tempat pemakaman
tersebut diberi nama Taman Makam Pahlawan (TMP) Seribu. Letaknya di
jalan Raya Pahlawan Seribu , Kecamatan
Setu, Tangsel tak jauh dari Taman Tekno
di BSD City.
Meski namanya “ TMP Seribu ”, bukan
berarti ada 1.000 makam pahlawan yang ada di TMP yang memiliki luas 9.835 meter
persegi ini. Tapi hanya ada 238 makam
pahlawan yang ada di sini, ditambah dua makam lagi, sehingga total semuanya
adalah 240 makam. Dengan rincian 151 makam dengan nama. 87 pahlawan tanpa nama.
Dengan tambahan enam makam baru. (T/ dr berbagai sumber)