Di Balik Skenario Risma Nyalon di Banten
Jumat, 26 Agustus 2016
Edit
Oleh Teguh Wijaya *
Sosok seorang dalam Pilkada sangat tinggi untuk menjaring suara dalam kontestasi
pemilihan umum. Hal ini tampaknya berlaku pada kontestasi Pilkada Provinsi
Banten.
Gubernur Banten Rano Karno selaku
petahana, tentu memiliki magnitude
tinggi bagi masyarakat. Apalagi masih ditunjang Rano sudah sangat populer namanya selaku aktor
film dan sinetron. Masyarakat sudah sangat kenal sosoknya.
Mungkin lantaran itu, Rano yang diusung oleh PDI Perjuangan hingga saat ini
belum menentukan pasangan calon wakil gubernur dalam Pilgub Banten 2017
mendatang. Dia masih santai menunggu momentum. Pasalnmya, baginya, sosok untuk wakil
sudah ia kantongi. Konon, ada dua nama yang cocok bagi dirinya.
Kedua sosok ini memiliki kriteria sama,
Cuma beda bobot kualitasnya saja. Kriteria pertama, sosok yang disukai Rano
adalah seorang yang muda, memiliki wawasan tentang Banten, relegius,
jujur serta kreatif.
Penjabarannya, usia muda itu maksimum 50 tahun. Umur lima puluh tahun, ibarat
buah sudah matang dan masih akomodatif
dengan perubahan. Daya berfikinya masih cukup bagus. Beda dengan usia di atas
50 tahun, cendeung letoy.
Memiliki wawasan kebantenan. Ini
diperlukan lantaran Banten itu memiliki akar budaya kuat dan masyarakatnya
punya mobilitas tinggi sejak zaman dulu. Namun, di balik itu, Banten masih
belum sejahtera keseluruhan. Untuk itu,
perlu orang yang mampu memahami masyarakat Banten untuk menemukan solusi. Membuat sejahtera
Relegius dan jujur. Relegius dalam pengertian yang sebenarnya. Sebab wakil merupakan representasi juga dari pemerintahan provinsi. Ini agar memudahkan berkomunikasi dengan masyarakat yg kuat agamanya. Sementara kejujuran juga tak kalah pentingnya.
Banten sejauh ini terkena stigma provinsi
yang pejabatnya banyak korup. Untuk
membersihkan harus dimulai dari kepala lebih dulu. Petahana akan kesulitan bikin gebrakan bila wakilnya tersangkut atau
pernah terkena skandal uang. Sedang kreatif, mampu menemukan jalan keluar bila
ada kendala yg sifatnya kultural, ekonomi dan social.
Jika kiteria tersebut diajukan dan
menjadi kenyataan, elektabilitas petahana membumbung tinggi, meninggalkan lawan
lawanya. Sebab apa yang diusung petahana adalah antitesa lawannya. Yang sejauh
ini ditunggu oleh public.
Namun Rano atau PDI-P Banten boleh berharap
sosok tersebut sebagai jalan kemenangan. Tetapi keputusan DPP PDI-P belum
keluar. Masalah sosok di Pilgub Banten masih dalam pembahasan dan simulasi. Sejumlah
skenario pun banyak muncul. Diantaranya, skenario Hj Tri Rismaharini, yang akrab disapa Risma, Walikota
Surabaya diusung nyalon di Banten.
Kabar internal di DPP PDI-P memang
mengejutkan. Rano Kano lantas diusung untuk nyalon di Jakarta. Sebab pertimbangannya, pemeran Si Doel
ini lebih cocok untuk calon di DKI Jakarta. Profil dan citra Rano Karno di Jakarta
sangat dikenal masyaakatnya dan disukai. Kabanya lagi, dalam survey yang pernah
dilakukan PDI-P, Rano memperoleh persentase
elektabilitas jauh di atas Ahok alias Basuki Tjahaya Purnama, si petahana.
Rano Kano sendiri sepetinya tak masalah
bila ia harus maju di Pilgub Jakarta. Bebepa bulan lalu, saat ditanya wartawan,
ia dengan tegas bilang siap mengemban dan menjalankan tugas bila partai
(Megawati) menghendaki.
Agaknya skenario yang matang sudah dipersiapkan partai Moncong Putih ini.
Risma, Walikota Surabaya segara tampil. Risma diyakini sangat
tepat untuk bertarung di Banten. Masyarakat Banten sudah mengenal Risma melalui pemberitaan media.
Prestasinya yg bagus juga sudah diketahui. Dan harapannya bila Risma
terpilih, problematika Banten akan mudah dibereskan. Tidak itu saja. Banten
butuh Risma yang populis, pekerja keras dan
anti KKN (korupsi, kolusi, Nepotisme). Yang terakhir, menurut survey adalah hal yang diharapkan masyarakat.
* Penulis adalah wartawan senior dan penulis tinggal di Kota Tangsel