Pembunuh Ketua KPU Tertawa
Minggu, 10 Juli 2016
Edit
JAKARTA – Sejumlah
pihak yakin Ketua Komisi Pemilihan Umum
(KPU) Husni Kamil Manik meninggal dunia tidak wajar. Apalagi setelah melihat jenazah
wajah Husni yang terlihat banyak bintik –bintik merah dan kehitaman. Banyak yang semakin yakin
alumnus Univesitas Andalas tesebut mati
diracun. Orang yang teriak paling lantang adalah Ketua Umum Muballigh se-Indonesia, Ali Mochtar
Ngabalin.
Ngabalin yang juga
politikus Partai Golkar ini curiga Husni Kamil Manik meninggal diduga diracun. Kecurigaan itu muncul setelah ia menyaksikan wajah Almarhum Husni saat
melayat ke rumah duka, Kamis 7 Juli 2016.
"Dari wajah terakhir almarhum Husni Kamil Manik dan atas nama demokrasi dan hak-hak manusia serta untuk mengungkapkan tabir di balik kematian Sdr Husni, saya mengusulkan ada tim dokter ahli forensik yang independen untuk melakukan otopsi," tulis Ali Mochtar Ngabalin di akun FB-nya.
Ngabalin juga berharap kepada pihak keluarga mengizinkan otopsi itu dilakukan. Dia pun berpendapat, negara harus menaruh perhatian kepada meninggalnya Husni Kamil Manik yang dianggapnya sungguh mendadak.
"Saya pernah menyaksikan wajah seperti ini (almarhum Husni), setelah diotopsi ternyata yang bersangkutan mati karena diracun," tambah Ngabalin.
"Dari wajah terakhir almarhum Husni Kamil Manik dan atas nama demokrasi dan hak-hak manusia serta untuk mengungkapkan tabir di balik kematian Sdr Husni, saya mengusulkan ada tim dokter ahli forensik yang independen untuk melakukan otopsi," tulis Ali Mochtar Ngabalin di akun FB-nya.
Ngabalin juga berharap kepada pihak keluarga mengizinkan otopsi itu dilakukan. Dia pun berpendapat, negara harus menaruh perhatian kepada meninggalnya Husni Kamil Manik yang dianggapnya sungguh mendadak.
"Saya pernah menyaksikan wajah seperti ini (almarhum Husni), setelah diotopsi ternyata yang bersangkutan mati karena diracun," tambah Ngabalin.
Hal senada juga dikatakan Jimly Asydiqi, mantan Ketua MK. “Sebaiknya latar
belakang penyakit Husni dibuka untuk public,”
katanya.
Namun usulan agar
jenazah Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Husni Kamil Manik diotopsi oleh tim
dokter ahli forensik yang independen ditolak pihak keluarga. Sebab, pihak
keluarga yakin bahwa almarhum meninggal dunia karena sakit.
"Kita menolak otopsi, sudah selesai, sudah dikuburkan, biarkan dia tenang di sana. Kalau diotopsi artinya kita menyiksa dia kan," ujar Kakak Kandung almarhum Husni, Muhammad Arfanuddin Manik saat dihubungi wartawan , Sabtu (9/7/2016).
Dia menyampaikan, keluarga ikhlas dengan kepergian almarhum Husni Kamil Manik. Dia mengungkapkan, almarhum Husni memang memiliki riwayat penyakit diabetes.
"Kita menolak otopsi, sudah selesai, sudah dikuburkan, biarkan dia tenang di sana. Kalau diotopsi artinya kita menyiksa dia kan," ujar Kakak Kandung almarhum Husni, Muhammad Arfanuddin Manik saat dihubungi wartawan , Sabtu (9/7/2016).
Dia menyampaikan, keluarga ikhlas dengan kepergian almarhum Husni Kamil Manik. Dia mengungkapkan, almarhum Husni memang memiliki riwayat penyakit diabetes.
Dia pun mengaku sempat menemani almarhum Husni saat dirawat
di Rumah Sakit Pusat Pertamina Jakarta pada Rabu 6 Juli 2016. "Sebelum dia
meninggal, saya masih bertemu," ungkapnya.
Namun, saat itu pertemuannya dengan almarhum tidak berlangsung lama. "Saat itu dia masih menyapa saya, dia tidak berbicara mengenai penyakitnya, tidak," imbuhnya.
Namun, saat itu pertemuannya dengan almarhum tidak berlangsung lama. "Saat itu dia masih menyapa saya, dia tidak berbicara mengenai penyakitnya, tidak," imbuhnya.
Dengan penolakan keluarga maka tertutup kemungkinan untuk
penyidikan. Kecuali bila negara menghendaki.“Terus terang kami kecewa dengan penolakan otopsi
tersebut. Dengan penolakan tersebut akan sulit dibongkar adanya dugaan
pembunuhan,” kata seorang yang mengaku pegawai KPU yang tak mau disebutkan
namanya. “Maka tertawalah para pembunuh itu.” (Ts/SDN)