Keluarga Korban Macet Brexit Mempersiapkan Gugatan Hukum
Rabu, 06 Juli 2016
Edit
Macet Horor di Pejagan - Brebes |
Jakarta – Sejumlah keluarga korban kemacetan di “brexit”
alias Brebes exit galau dengan pernyataan Ignatius Jonan yang terkesan
“melecehkan” para korban, seolah –olah korban bukan meninggal bukan
karena kemacetan lebih dari 20 jam.
“Ucapan tersebut membuat
kami sedih. Sudah kehilangan
keluarga malah pemerintah terkesan melecehkan,” kata Rizal, salah satu keluarga
korban. “ Ucapan menteri kok
begitu. Harusnya kan menghibur korban
dan membuat penyidikan. Bukan
ngeles dari tanggung jawab.”
Hal sama diungkapkan Sumardi kerabat SR. Katanya, pernyataan Menhub bikin masyrakat
antipasti. “Mestinya dilihat dahulu kausnya satu persatu baru bikin
pernyataan. Lha dia lihat korban saja tidak kok komentar,” kata Sumardi ketus.
Lantaran kecewa, Rizal coba berkonsultasi
dengan pengacara tentang kasus
tersebut. “Kami masih diskusi seperti
apa kemungkinanya bila mengajukan gugatan hukum,” kata Rizal. “ Kami ingin bila nanti ada kesepakatan
kami ingin menuntut demi pebaikan
masyarakat. Bukan mengajukan gugatan uang.”
Rizal tak mau menyebutkan siapa pengacara yang akan
diajukan. “ Ach nanti saja. Ini bau diskusin belum final.” Kata Rizal buru –buru.
Seperti diketahui, kemain Menhub Ignasius Jonan meragukan kematian 13 pemudik disebabkan karena kemacetan parah yang terjadi di jalur mudik Pejagan-Brebes. Jonan meyakini bahwa mereka meninggal karena memiliki penyakit, bukan efek macet.
"Kalau ada yang mengutip ada yang meninggal karena macet kok saya baru tau ini seumur hidup saya? Begini, kalau tidak mengidap penyakit sebelumnya, saya kira enggak akan meninggal," ujar Menhub Ignasius Jonan di sela menghadiri open house di Istana Wapres, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Rabu (6/7).
Berbeda dengan Kemenkes. Dalam keterangan tertulisnya, Rabu (6/7/2016), Kemenkes menyebutkan peristiwa meninggalnya belasan orang terjadi di wilayah berbeda dalam rentang waktu tiga hari yakni, hari Minggu (3/7) hingga Selasa (5/7).
"Menanggapi pemberitaan tentang adanya 13 korban meninggal di saat kemacetan di Brebes, berdasarkan laporan yang diterima dari Dinas Kesehatan, Kementerian Kesehatan mengklarifikasi bahwa kejadian tersebut terjadi dalam 3 hari sejak tanggal 3-5 Juli, di berbagai tempat, dengan berbagai faktor risiko," kata Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kemenkes, Oscar Primadi dalam keterangannya, Rabu (6/7/2016).
Kemenkes mengatakan, ada beberapa faktor yang dapat menjadi penyebab adanya korban yang meninggal. Kelelahan dan kekurangan cairan dapat berdampak fatal. Apalagi pada kelompok rentan anak-anak, orang tua, pemudik dengan penyakit kronis seperti hipertensi, diabetes, jantung yang dapat meningkatkan risiko kematian.
"Ditambah lagi kondisi kabin kendaraan yang relatif sempit serta tertutup dengan pemakaian AC terus menerus akan menurunkan oksigen serta naiknya CO2," tegas Kepala Pusat Krisis Kesehatan Kemenkes, Achmad Yurianto.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Brebes, Sri Gunadi Parwoko sebelumnya mengatakan ada 12 orang yang meninggal dunia karena dipicu kemacetan parah di jalur Pejagan-Brebes Timur.
"Karena mungkin yang jelas sudah punya penyakit bawaan, kemudian diikuti perjalanan yang begitu bikin stres orang lebih dari 20 jam ke atas dari Jakarta sampai Brebes," ujar Sri Gunadi Parwoko saat dikonfirmasi, Selasa (5/7).
Menurut dia, tim kesehatan kesulitan melakukan evakuasi saat mendapatkan laporan adanya pemudik yang mengalami sakit dan terjebak kemacetan. Akibatnya mereka tak tertolong.(TS/DT)