Rumor Arwah Gentayangan Di Kontrakan Korban Mutilasi
Senin, 25 April 2016
Edit
Kontrakan No 7 Yang Menyeramkan (Foto:Ist) |
Masyarakat masih banyak yang percaya, mereka yang meninggal dunia tidak secara semestinya, arwahnya akan gentayangan menyerupai hantu atau besuara dan senang mengganggu masyarakat terutama di malam hari.
Masyarakat Cikupa, Kabupaten Tangerang juga mempercayai hal itu. Mungkin kalau disurvey yang percaya hal tesebut bisa mencapai 90%. Masyarakat Cikupa memang masih banyak yang percaya terhadap kehidupan arwah gentayangan.
Tak aneh, lima hari setelah kematian Nur Atikah yang dimutilasi Kusmayadi di kontrakan milik Haji Malik, di Kampung Telaga Sari RT 012 RW 001 Kelurahan Cikupa, Tangerang beredar cerita seram. Konon, ada yang melihat kepala manusia terbang berputar-putar mengelilingi rumah kontrakan tersebut, kemudian masuk menukik melalui genteng.
“Memang beredar cerita demikian. Syahnui, lelaki yang tinggal sekitar 400 meter dari rumah kontrakan tersebut, saat ditanya apa benar melihat kepala terbang berputar-putar, dia tidak membenarkan. Katanya dia cuma melihat burung gagak beputar putar, saat pulang bepergian jam 23.10.” kata Ahmadi Warga RT 10. “Sebaiknya masyarakat tak usah percaya cerita semacam itu,”tambah Ahmadi.
Meski cerita seram Syahnui masih kontroversial, namun masyarakat percaya cerita tersebut benar. Sebab masyarakat mendugaa Syahnui tak mau beterus terang supaya tak bikin resah masyarakat.
Cerita Syahnui berbeda dengan cerita para pengontrak di kontakan H.Malik. Sebagian penghuninya merasa ketakutan. Dan sudah dua penghuni kamar 6 dan 8 pindah kontrakan. Mereka ketakutan. Empat hari setelah terbongkarnya kematian Nur, sering terdengar suara orang menangis dari bekas kamar Nur.
“Ya, saya juga pernah mendengar seperti ada orang yang menangis. Tapi saya dan suami cuek saja,” kata Riena salah satu penghuni kontrakan H Malik di lantai bawah. “Mereka yang tinggal di sebelah kamar No 7 pindah juga karena sering dengar orang menangis.” .
Namun mesti demikian, bagi Hasan –sebut saja namanya begitu, cerita Riena itu cuma halusinasi saja karena dikuasai oleh pikiran gaib. “Bagi saya yang percaya sama Allah, tak pernah mendengar apa-apa. Buktinya saya masih ngontrak di sini. Tuh yang pojok, kontrakan saya,”kata Hasan.
Yang pasti kamar No 7 sekarang memang lain daripada yang lain. Kamar berukuran 3 x 5 m tersebut masih dipasangi polisi line. Dan tak seorang pun yang boleh masuk, kecuali izin polisi. Untuk menuju kamar perlu menaiki tangga keramik berwarna putih, yang tingginya berkisar tiga meter.
Seorang yang berhasil mengintip kamar tersebut menuturkan. Kamar almahum Nur dan Kusmayadi telihat gelap dan terasa seram. Ada tiga gelas kopi, dan handuk yang terbentang di dalam kamar. Lantainya terlihat kotor dan bau. (TS)